Penyakit "klasik" ini belakangan mewabah lagi. Bisa menyerang siapa saja, tak peduli bayi maupun orang dewasa. Bisa sembuh sendiri, tapi bisa butuh penanganan khusus, terutama jika yang diserang adalah bayi yang baru lahir.
Penyakit cacar air (varisela) biasanya ditandai dengan keluhan tubuh mendadak lemas, tak mau makan, demam, dan gatal-gatal. Menurut dr. H.M. Vinci Ghazali, MBA, MM. dari Kids World, Jakarta, penyebab cacar aiar adalah virus varicella-zoster. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita, atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit penderita.
Karena gejalanya seringkali tidak khas, khususnya pada fase awal sebelum muncul kelainan kulit (prodormal), banyak orang "terkecoh" dengan penyakit ini. Gejala tubuh lemas, demam, malas makan, mirip dengan gejala banyak penyakit lain seperti flu atau campak. "Baru setelah muncul erupsi atau kelainan pada kulit, gejala khas varisela mulai jelas," kata dokter yang akrab dipanggil Vinci ini menjelaskan.
Pada gejala berikutnya, varicela menimbulkan erupsi (lesi/kerusakan) kulit. Lesi ini bentuknya mulai dari gambaran yang tidak khas, yang diikuti dengan melenting (vesicle). "Kalau sudah melenting, dalam waktu rata-rata 24 jam, cairan di dalamnya mulai keruh, lantas 24 jam berikutnya mulai timbul rasa gatal."
Jika vesicle ini digaruk, maka ia akan pecah dan terbuka. Akibatnya, kulit tidak lagi mempunyai perlindungan dan bisa kemasukan bakteri. Misalnya, jika mandi dengan air yang tidak bersih. "Ini yang disebut infeksi sekunder akibat bakteri," tandas Vinci. Kalau infeksi seperti ini terjadi, berarti penyakit virus cacar air akan ditambah dengan penyakit bakteri kulit. Penyembuhannya pun tidak lagi primer dan biasanya akan mengakibatkan terbentuknya jaringan ikat (scar) yang akan meninggalkan bekas. "Ini yang mungkin dulu menyebabkan orang tua melarang anaknya yang kena cacar air untuk mandi," lanjut Vinci
TIGA MINGGU
Erupsi atau munculnya kelainan kulit merupakan fase kedua gejala varisela. Begitu fase erupsi ini muncul, bisa dipastikan anak terkena cacar air. Biasanya, erupsi varisela dimulai dari sentrum, yaitu daerah tengah badan (perut), baru kemudian melebar ke samping. "Itu sebabnya, seringkali bagian perut dan badan penderita mengalami erusi, tapi bagian mukanya tidak. Jika pengobatan yang diberikan efektif dan kekebalan penderita tinggi, bisa jadi cuma badannya yang erupsi, lalu sembuh," jelas Vinci.
Erupsi awal ditandai oleh semacam gambaran kemerahan (eritema), yang lama-lama di atasnya akan terbentuk vesicle. "Kalau diperhatikan, vesicle ini rata, tidak ada lekukan di tengahnya (unumbilicated vesicle). Kalau ada lekukan di tengah vesicle, biasanya bukan cacar air," tambah Vinci. Jadi, jika terlihat ada vesicle, dan mulainya dari bagian tengah badan ke samping, didahului oleh gejala lemas, demam disertai napsu makan menurun, "Maka kita sudah harus memikirkan kemungkinan anak terkena cacar air. Apalagi jika sekitar 2 minggu sebelumnya ada kontak dengan penderita cacar air."
Penularan varisela sebetulnya sudah dimulai sebelum terjadinya fase erupsi, yaitu pada masa inkubasi. "Nah, 24 jam sebelum erupsi sudah menulari. Selama itu, ia akan menulari terus. Jadi, jangan dianggap kalau sudah sembuh tidak menularkan. Menurut penelitian, sekitar 12 hari setelah sembuh, baru aman. Tapi agar lebih aman, sebaiknya 3 minggu setelah sembuh jangan melakukan kontak, supaya tidak tertular atau menularkan," kata Vinci.
WASPADA KOMPLIKASI
Cacar air kebanyakan memang menyerang anak-anak, tapi bukan berarti bayi dan orang dewasa tak bisa kena. Hampir sebagian besar orang dewasa di Indonesia pernah terkena cacar air ketika mereka kecil. "Jadi, mereka yang sekarang sudah menjadi ibu rata-rata sudah memiliki kekebalan (antibodi) terhadap varisela, yang dibentuk ketika mereka terkena varisela saat kecil. Asumsinya, karena ibu-ibu di Indonesia saat ini sudah memiliki antibodi, maka bayi-bayi yang dilahirkan pun memiliki antibodi," jelas Vinci.
Setelah lahir, bayi-bayi itu pun membawa antibodi varisela pasif dari ibunya. "Tapi antibodi pasif ini usianya pendek. Ketika anak berusia di atas setahun, antibodi tadi akan menipis. Nah, pada saat menipis inilah, anak mulai bisa tertular. Ini yang menyebabkan seakan-akan yang kena cacar air hanya anak, bukan bayi," lanjut Vinci.
Seandainya para ibu tidak memiliki antibodi dan bayi di dalam kandungan mereka tidak terlindungi oleh antibodi varisela, maka bisa terjadi bayi lahir dengan varisela (nenatal varicela), atau terkena varisela pada saat berada di dalam rahim (congenital varicela). Jika si ibu terkena cacar air sebulan sebelum melahirkan, maka bayi akan mengalami lahir dengan cacar air stadium ringan. Yang berbahaya adalah jika si ibu terkena cacar air sekitar seminggu sebelum melahirkan. "Bisa-bisa bayinya lahir dengan cacar air berat, yang bisa berakibat fatal. Waktu yang hanya seminggu itu tidak cukup bagi ibu untuk membentuk antibodi, akibatnya janin tidak terlindungi ketika lahir, karena ia belum bisa membuat antibodi sendiri."
Cacar air pada bayi yang belum memiliki antibodi sendiri bisa mengakibatkan beragam komplikasi, dari cacat di sistem saraf, kelumpuhan, kelainan mata, pneumonia, peradangan jantung, bahkan berakibat fatal (kematian). Akibatnya, pengobatannya pun menjadi serius, misalnya denan memberikan varicella-zoster imunoglobulin. Kalau kejadiannya sampai lebih jauh lagi, misalnya terjadi kecacatan, tentu pengobatannya khusus."
SEMBUH SENDIRI
Cacar air yang ringan pada anak biasanya akan sembuh sendiri, sesuai daya tahan tubuh anak. Sementara untuk pengobatan varisela disesuaikan dengan tahapnya. Jika tahapnya di kulit, diobati dengan obat lokal (kulit). "Kalau gatal-gatal, diberikan anti-gatal, kalau ada infeksi sekunder, diberikan anti-bakteri, dan sebagainya sesuai kebutuhan," kata Vinci.
Pengobatan kedua adalah pengobatan sistemik. "Untuk yang ringan, diberikan obat untuk menghilangkan gejala. Kalau berat, misalnya ada demam, diberikan obat demam. Kalau disertai komplikasi, tentu diobati sesuai komplikasi yang muncul," lanjutnya.
DILARANG MANDI?
"Tidak usah mandi kalau sedang terkena cacar air," begitu biasanya dulu orang tua kita mengingatkan. Benarkah cacar air tak boleh terkena air? Yang jelas, mandi akan membuat bagian-bagian vesicle (melenting) yang sudah mati akan lepas. "Tapi dengan syarat, mandinya dengan air bersih yang tidak mengandung bakteri (tidak terkontaminasi oleh bakteri)," kata Vinci. Jika air yang digunakan untuk mandi tidak bersih, bisa-bisa malah menimbulkan infeksi sekunder. "Begitu ada infeksi sekunder, berarti penyembuhannya tidak primer, yang menyebabkan kemungkinan terjadinya scar atau bekas lebih banyak."
Bagaimana mencegah cacar air? "Yang pertama tentu dengan menghindari kontak dengan penderita cacar air," jelas Vinci. Selain itu, anak usia 12-18 bulan sebaiknya diberikan imunisasi varisela. "Sementara vaksinasi pada orang dewasa diberikan terutama pada mereka yang kekebalan atau daya tahan tubuhnya rendah.
sumber : internet.